DONGGALA – Warga Kecamatan Sirenja dihebohkan dengan penampakan angin yang diduga puting beliung di laut Desa Tompe, Sabtu (1/2/25). Banyak warga mengabadikan momen yang cukup menegangkan itu.
Bahkan sejumlah pengendara yang melintas di jalan Trans Donggala turut berhenti dan mengambil video. Untungnya pusaran angin yang terjadi sore hari itu tak sampai mengarah ke pemukiman warga di Desa Tompe. Meskipun angin kencang sempat berhembus ke wilayah pemukiman.
Camat Sirenja, Argumi mengatakan, tak ada korban jiwa dan kerusakan rumah saat terjadi angin puting beliun di lait Desa Tompe tersebut. Menurut Argumi, dirinya telah menghubungi sejumlah Kepala Desa untuk mengonfirmasi langsung situasi dan kondisi pasca angin puting beliun.
“Alhamdulilah tidak ada kerusakan. Angin puting beliung itu tidak masuk sampai ke darat, hanya di atas laut saja,” sebut Argumi kepada awak media.
Menurut Argumi, angin puting beliung terpantau mengarah ke wilayah laut Kecamatan Balaesang. Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada.
Sementara itu, Kepala BMKG Mutiara SIS Aljufri, Nur Alim menegaakan, bahwa pusaran angin yang terlihat di perairan Sirenja, bukan puting beliung melainkan waterspout. Waterspout adalah fenomena alam yang berupa pusaran angin berbentuk corong yang terjadi di atas air.
“Waterspout mirip dengan angin puting beliung, tetapi terjadi di perairan,” jelas Nur Alim.
Adapun penyebab terjadinya waterspout, yakni tketika angin berpadu dengan uap air, Waterspout terhubung dengan awan kumulonimbus. Waterspout bisa terjadi di wilayah tropis dan subtropis.
“Dampak Waterspout bisa merusak bangunan yang berada di dekat sumber air, seperti sungai, danau, waduk, atau bendungan.
Waterspout bisa menyeret ikan dan habitat air lainnya,” ungkap Kepala BMKG.
Masyarakat atau nelayan juga diminta untuk menjauh ketika melihat waterspout, sebaiknya menjaga jarak minimal 1–2 kilometer dari pusat waterspout. (ujs/acm)