PALU – Sulawesi Tengah masih menjadi lokasi pilihan para investor dalam menanamkan investasinya. Terbukti di Triwulan ke III 2023, tingkat investasi Sulawesi Tengah masih berada di lima besar daerah dengan investasi tertinggi se Indonesia.
Adapun realisasi investasi pada Triwulan ke III (Januari-September) 2023 ini mencapai Rp83,61 Triliun, menempatkan Sulawesi Tengah berada di urutan ke empat dalam hal investasi se Indonesia. Gubernur Sulawesi Tengah, H Rusdy Mastura ditemui Selasa (7/11) kemarin, menyampaikan terimakasihnya kepada seluruh masyarakat Sulawesi Tengah yang telah menerima dan menjaga investasi-investasi baru yang masuk ke masing-masing daerah. Begitu juga dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sulteng serta Kabupaten/Kota se Sulteng, Gubernur mengaku bangga, atas kerja-kerja yang selama ini telah dilakukan.
“Juga dengan stake holder terkait, yang sudah menciptakan iklim investasi yang baik di daerah ini, dengan menyelenggarakan perizinan berusaha yang lebih efektif dan sederhana serta melakukan pengawasan yang transparan, terstruktur dan akuntabel, sehingga jargon ‘semua bisa investasi’ dapat terwujud,” ungkap Rusdy didampingi Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sulteng, Moh Rifani SSos MSi serta Kepala Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan (Kabid Dalak) Penanaman Modal DPMPTSP, Dr Minarni Nongtji SPd MSi.
Capaian investasi di Tahun 2023 ini, melebihi capaian tahun lalu, di mana selama setahun 2022 investasi yang masuk ke Sulawesi Tengah senilai Rp53,09 Triliun, dan menempatkan Sulteng pada urutan ke tiga nasional. Melihat realisasi itu, Pemerintah Pusat pun menaikan target investasi Sulawesi Tengah dua kali lipat dari capaian tahun 2022.
“Tahun ini target investasi Sulawesi Tengah oleh pemerintah pusat dinaikan dua kali lipat menjadi Rp111. 68 Triliun. Lebih berat memang, tapi Insya Allah kita bisa capai dengan melihat realisasi investasi di tw (triwulan) tiga 2023 ini yang sudah di angka Rp83,61 Triliun,” tegas Gubernur optimis.
Disinggung terkait investasi tinggi apakah sejalan dengan serapan tenaga kerja lokal Sulawesi Tengah, Rusdy menyampaikan bahwa, sejak dirinya menjabat Gubernur Sulawesi Tengah pada 2021, tercatat sudah sekitar 83.000 warga lokal yang mendapatkan lapangan pekerjaan. Dan di tahun 2023 sendiri, sudah ada sekitar 33.142 tenaga kerja Indonesia yang diterima di Sulawesi Tengah.
“Data ini merupakan penyerapan tenaga kerja yang dilaporkan langsung oleh pelaku usaha melalui aplikasi OSS ( Online Single Submission),” jelasnya.
Kedepan, agar manfaat dari investasi ini dirasakan seluruh masyarakat Sulawesi Tengah, pihaknya akan terus menjalin komunikasi dengan perusahaan-perusahaan yang telah menanamkan investasinya, agar program CSR masing-masing perusahaan bisa benar-benar membantu Sulawesi Tengah.
“Investasi makin besar tapi kita tidak dapat apa-apa itu tidak bagus. Untuk itu kita dorong dan maksimalkan agar CSR bisa benar-benar bermanfaat untuk daerah,” tandas Gubernur.
Sementara itu, Kepala DPMPTSP, Rifani menyampaikan, adapun sektor investasi terbesar yang masuk di Sulawesi Tengah Triwulan ke III ini, ternyata di urutan pertama bukan pertambangan. Di urutan pertama sektor realisasi investasi yakni industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya dengan nilai investasi Rp19 triliun. Kemudian mengikut, industri kimia dan farmasi dengan nilai investasi Rp4,64 triliun dan di urutan ke tiga sektor trasportasi, gudang dan telekomunikasi dengan nilai investasi Rp1,11 triliun.
“Di urutan ke empat baru lah sektor pertambangan yang menyumbangkan nilai investasi sebesar Rp983 miliar dan kelima sektor perumahan, kawasan industry dan perkantoran dengan nilai investasi Rp440 miliar,” papar Rifani.
Sedangkan daerah dengan nilai investasi terbesar di Sulawesi Tengah, masih disumbangkan oleh Kabupaten Morowali serta Morowali Utara. Sementara daerah-daerah lain, seperti Banggai Kepulauan dan Banggai Laut, juga terus diperkenalkan, agar menarik para investor untuk menanamkan modalnya di daerah-daerah tersebut.
Terkait hal itu, Kabid Dalak, Minarni Nongtji menyampaikan, bahwa pihaknya tengah mencari cara agar para investor bisa melirik potensi yang ada di wilayah-wilayah yang masih nol realiasi investasi terutama Penanaman Modal Asing (PMA). Begitu juga dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pihaknya juga akan turun ke lapangan untuk melihat langsung guna mencari tahu kendala di lapangan, semisal belum beroperasinya perusahaan yang telah menanamkan modalnya.
“Kita tidak bisa hanya di tempat menunggu laporan saja, kita harus turun langsung ke lapangan, apa kendalanya, jangan sampai mereka sudah berinvestasi tapi tidak memberikan dampak misalnya untuk daerah, dengan penyerapan tenaga kerja lokal,” ungkapnya.
Bidang Dalak sendiri lanjut dia, berfungsi juga untuk membantu memfasilitasi kendala apa yang dihadapi para investor di lapangan. Namun bukan untuk membantu memutuskan dan menyelesaikan permasalahan tersebut.
“Kita ketika ada aduan misalnya, kita fasilitasi antara perusahaan dan pihak terkait, apa-apa saja yang harus dipenuhi. Sehingga investasi bisa berjalan lancar, dan itu juga kita harus kros cek dengan inspeksi di lapangan,” sebutnya.
Dia pun berharap, ketercapaian investasi yang dilakukan DPMPTSP khususnya Bidang Dalak, benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan Gubernur Sulawesi Tengah, terutama penyerapan tenaga kerja daerah. Sehingga, adanya penanaman modal membuka lapangan kerja baru dan mengurangi jumlah pengangguran di Sulawesi Tengah.
“PMA (penanaman modal asing) maupun PMDN (penanaman modal dalam negeri) kita dorong mau menerima tenaga kerja lokal kita,” tandasnya. (agg)