PALU – Hunian Tetap (Huntap) yang menjadi harapan penyintas gempa, tsunami dan likuifkasi pada 2018 silam untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Kota Palu menyisahkan pekerjaan yang diduga tidak dilakukan secara baik.
Salah satunya Hunian Tetap (Huntap) Tondo 2 yang telah dibangun pada awal tahun 2023 lalu. Huntap yang dibangun di atas lahan seluas 65,31 hektare dengan anggaran Rp 175 miliar itu diduga dikerjakan tidak sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Bahkan kekuatan konstruksi diragukan dan rawan rusak lantaran banyaknya baut-baut yang ternyata tidak terpasang.
Berdasarkan penelusuran Radar Sulteng menemukan, sejumlah baut tak terpasang di beberapa Huntap yang jumlahnya tidak sedikit. Dalam satu bangunan Huntap, terdapat kekurangan 10 hingga 12 baut, bahkan wartawan menemukan salah satu bangunan terdapat 32 baut yang tak terpasang.
Sekitar pukul 16.00 Wita pada Jumat (7/3/2025) Radar Sulteng bersama seorang sumber memasuki satu per satu satu bangunan Huntap di blok B dan blok H.
Dua blok yang berada di ujung utara dan ujung selatan lokasi Huntap Tondo 2. Di tangan sumber sudah ada beberapa lembar catatan tertulis, blok, nama, nomor handphone pemilik Huntap serta jumlah baut yang kurang. Catatan itu merupakan hasil dari penesuluran sumber selama beberapa minggu terakhir melakukan pengecekan. Ada 20 rumah yang masih kekurangan baut.
Dari catatan itu, Radar Sulteng meninjau sekitar 10 bangunan Huntap Tondo 2 untuk mengambil sampel. Hasilnya, 10 Huntap itu kekurangan baut, ada yang kurang sebanyak 3 baut, 10 baut, 12 baut hingga 32 baut. “Kalau mau dicek semua, bisa jadi masih banyak yang kekurangan baut,” ujarnya.
Dalam catatan Kementerian PUPR, di kawasan Huntap Tondo 2 ini terdapat 961 unit Huntap, kontruksi bangunannya menggunakan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) dengan ukuran 6 x 6 m2.
Desain Risha sendiri adalah perwujudan sebuah modular, yaitu konsep yang membagi sistem menjadi bagian-bagian kecil (modul) dengan ukuran yang efisien agar dapat dirakit menjadi sejumlah besar produk yang berbeda-beda.
Seperti lego, teknologi ini dapat dibongkar pasang, dimana setiap modul atau panel disambung menggunakan baut. “Sehingga baut itu menjadi komponen penting bagi teknologi Risha, kekuatan Risha itu ada di baut, karena setiap modul atau panel disambung pakai baut, sekarang bagaimana kalau bautnya tidak terpasang, kekuatannya tentu akan berkurang,” sebut sumber.
Komponen struktural Risha terdiri dari panel P1, panel P2, simpul, partisi pintu, partisi jendela dan paritisi masif. Setiap komponen tersebut disambung menggunakan baut dan dibangun di atas pondasi telapak.
Untuk bangunan Risha dengan ukuran 6 x 6 m2 satu lantai, membutuhkan setidaknya 597 baut, terdiri dari baut panjang 4 inchi sebanyak 182 buah, baut 6 inchi sebanyak 104 buah dan baut panjang 7 inchi sebanyak 311 buah.
Umumnya baut-baut yang tidak terpasang di Huntap Tondo 2 yakni, baut dengan panjang 4 inchi. Tidak hanya kekuarangan, sejumlah mur yang terpasang juga tak dikencangkan. Wartawan bahkan dapat memutar beberapa mur hanya dengan tangan kosong.
Padahal, dalam modul pemasangan komponen teknologi Risha yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR dijelaskan bahwa pengencangan mur harus menyentuh kekuatan penuhnya yakni di angka 5,5 kgm bila baut-baut tersebut dikencangkan menggunakan kunci momen.
“Struktur Risha itu bangunan kompak. Jadi kalau ada satu panel yang bergerak atau bergeser bebrapa centi, itu pasti panel yang lain akan bergerak juga. Sehingga semua baut itu harus terpasang tidak boleh ada yang kurang, untuk memastikan kekuatannya,” papar sumber.
“Kami berharap pihak kontraktor segera menindaklanjuti soal kekurangan baut ini, karena masih ada masa pemeliharaan,” harap sumber.
Radar Sulteng mencoba mengkonfirmasi pihak Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (Balai P2P) Sulawesi II untuk mendapat penjelasan terkait pembangunan Huntap Tondo 2 di kantor Balai P2P Jalan Sungai Surumana No. 35 Palu – Sulteng tidak berhasil mendapatkan penjelasan. Menurut staf Balai P2P kepala balai sedang berada di luar kota (Makassar). (ril)