PALU – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Palu dan Sekolah Tinggi Teologi (STT) Marturia Palu berkolaborasi menggelar Seminar Teologi Feminisme, di kapel STT Marturia Palu, Jalan Batu Bata Indah, Palu Selatan, Sabtu (4/11/2023).
Kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Pengurus Cabang (BPC) GMKI Palu dan Pengurus Senat STT Marturia Palu menghadirkan narasumber, anggota DPRD Sulteng Elisa Bunga’Allo dan akademisi STT Marturia Palu Pdt. Yandri Yohanes Pesik, M.Si.Teol, yang dihadiri sekitar 60-an mahasiswa dan mahasiswi.
Ketua Cabang GMKI Palu, Yahya Jama Pongsoda menyebutkan, bahwa agenda ini sebagai langkah awal organisasi GMKI mengambil peran dalam isu perempuan di tingkat kampus maupun Kota Palu.
“Perempuan selama ini selalu mendapat pengecualian, padahal mereka selalu berada di tempat di mana semua keputusan dibuat. Lewat seminar ini, kami menegaskan bahwa kedudukan perempuan di ranah publik sangat laik diperhitungkan,” kata Yahya usai pembukaan acara seminar.
Menurut mahasiswa Fakultas Tehnik Universitas Tadulako (Untad) ini, penting untuk membongkar konstruksi sosial yang selama ini melekat kepada pada perempuan di mana mereka hanya dituntut mengurusi sektor domestik (rumah tangga) atau tersubordinasi oleh dominasi laki-laki.
“Kalau kita lihat fakta di Sulteng, posisi perempuan perlahan mendapat ruang. Sedikitnya, ada lima pimpinan parlemen/wakil rakyat dari perempuan. Selama periode 2013-2023, ada perempuan yang memegang jabatan kepala/wakil kepala daerah. Tiga perempuan di antaranya bahkan dari kalangan Nasrani. Ini bukti kalau perempuan tidak kalah dibanding laki-laki,” terangnya.
Tetapi untuk level nasional, sambung Yahya, masih terdapat kesenjangan posisi perempuan di lingkungan kerja.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2022, sekitar 51,79 juta penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2021 merupakan perempuan. Bahkan, untuk perbandingan di kalangan perempuan saja, ada 28,6% perempuan mendominasi sektor atau tenaga penjualan. Hanya 0,7% yang beroleh posisi penata laksana dan pimpinan.
Senada dengan itu, Sekretaris Fungsi Keperempuanan GMKI Palu dan penanggung jawab kegiatan, Roana Luwu, menjelaskan, bahwa Teologi Feminis bukan hal baru di kalangan aktivis perempuan dan civitas akademik.
Meski ada kesan beraroma agama, lanjut Roana, Teologi Feminis justru tak menukil kepada salah satu keyakinan tertentu saja apalagi sekadar berputar pada urusan religiusitas seseorang atau kelompok.
“Poin penting dari Teologi Feminis ialah semua manusia yang berbeda jenis kelamin, ras, kelas sosial di masyarakat, berhak punya kesempatan yang sama (setara) dan berbagi keuntungan (mutualitas) tanpa takut atas dominasi kelompok tertentu,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untad ini berharap, seminar ini tak sebatas hanya gerakan pengetahuan saja, melainkan jadi pijakan awal bagi kalangan mahasiswa tak terkecuali perempuan untuk mengembangkan diri agar mendapat posisi yang setara di tengah kehidupan bermasyarakat.(*/ron)