PALU – Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu akan menyelenggarakan Wisuda Sarjana (S1) dan Pascasarjana (S2-S3) Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023, Kamis (7/8) hari ini di Auditorium Kampus I UIN Palu. Wisuda kali ini akan diikuti oleh 698 orang.
“Kita tetapkan pada 7 September 2023, sesungguhnya wisuda semester genap itu mulai maret sampai Agustus, tapi ini nyeberang ke semester ganjil, itu tidak menjadi masalah,” kata Ketua Panitia Prof. Dr. H. Abidin Djafar, S.Ag, M.Ag. kepada Radar Sulteng, Rabu (6/8).
Peserta wisuda kata Prof Abidin berjumlah 698 orang yang terdiri dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) 317 orang, Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD) 91 orang, Fakultas Syariah (FASYA) 56 orang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) 183 orang, Pascasarjana Program Magister 42 orang, dan Program Doktor 9 orang.
“Jadi kemarin itu beberapa mahasiswa di yudisium sudah masuk semester ganjil, tapi yang 698 orang ini kita utamakan dulu karena yudisiumnya di semester genap,” lanjut Prof Abidin.
Persiapan wisuda ini menurutnya hingga H-1 sudah mencapai 98 persen, karena yang tersisa persiapannya hanya mengatur kursi dibagian basement. Karena dengan jumlah peserta wisuda 698 dikalikan dua itu tidak mampu menampung seluruhnya di dalam Auditorium, sehingga sebagian pendamping akan ditempatkan di basement.
“Biasa pendamping mahasiswa ini banyak melebihi 1 orang, jadi kami akan tempatkan di basement, tinggal di tambah monitor,” terangnya.
Selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, dia berpesan agar para wisudawan dapat berpegang teguh pada keilmuan yang dimiliki selama di bangku kuliah, pengamalan terhadap ilmu yang dimiliki dapat diamalkan ke masyarakat.
“Dan sempurnakan ilmu itu dengan lanjut lagi S2 dan S3, tidak perlu jauh-jauh keluar, di kampus kita ini sudah lengkap ada S1, S2 dan S3, dan mengabdi di mana saudara dibutuhkan tanpa melihat harus banyak honornya,” pesan Prof Abidin.
Sementara itu, Rektor UIN Datokarama Palu Prof Dr H Sagaf S Pettalongi menambahkan wisuda ini tidak dinilai hanya sekadar seremonial melepaskan alumni dari S1, S2 dan S3, akan tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab dari UIN Palu sebagai lembaga pendidikan yang telah memberikan penempaan karakter kepada mahasiswa baik S1, S2 dan S3 yang secara publik adalah bagian dari pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Alumni UIN Palu selalu dia tekankan harus mematuhi dan melaksanakan visi misi UIN Palu, yaitu mengembangkan kajian IsIam moderat berbasis pada integrasi ilmu, spiritualitas dan kearifan lokal. Yang artinya semua lulusan UIN Palu harus mampu menampilkan cara berpikir, cari bersikap dan cara beragama yang moderat di masyarakat dan harus menjadi roll model atau contoh di tengah-tengah masyarakat.
“Saya biasa membahasakan bahwa alumni UIN itu adalah alumni kampus moderat, terutama dalam konsep pemahaman keagamaan, karena itulah yang menjadi rujukan utama kita,” jelas Prof Sagaf.
Prof Sagaf mencotohkan, sebagaimana yang pernah dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau berada di Makkah dan Madinah. Di Makkah itu beliau dimusuhi habis – habisan, sedangkan di Madinah hidup bersama kurang lebih 5 sampai 6 agama dalam kedamaian, menghargai perbedaan agama, bahasa, dan suku.
“Oleh karena itu dengan konsep Islam moderat itu, alumni UIN Palu harus bisa menjadi solutif di masyarakat atau memberikan solusi tidak justru menciptakan suasana yang gaduh dan mengembangkan atau cara beragamanya yang tidak moderat, baik itu pemahaman dalam konteks ekstrem kiri maupun akstrem kanan,” ujarnya.
Berikutnya kata Prof Sagaf, karena tahun ini merupakan tahun politik dia berharap alumni UIN Datokarama Palu yang S1, S2 dan S3 walaupun secara formal kelembagaan sudah lepas, tetapi bisa berkontribusi dalam pesta demokrasi minimal itu menciptakan suasana kondusif.
Keterkaitannya dengan alumni moderat tadi, kata Sagaf alumni UIN itu tidak menjadi motor penggerak untuk menggiring masyarakat pada politik identitas, karena politik identitas itu terutama membawa identitas agama sangat rawan sekali untuk terjadi gesekan dan perpecahan.
“Semua partai politik pasti ada agama-agama di dalamnya, ketika satu membawa agama ini kan rentan sekali kita bentrok, disharmoni bahkan mungkin terjadi gesekan – gesekan nantinya,” tutupnya.(acm)