
PALU – UIN Datokarama Palu melaksanakan puncak Dies Natalis ke-56 dengan mengangkat tema “Bergerak maju membangun peradaban Indonesia dan Dunia” di Auditorium UIN Datokarama Palu, Rabu (17/4).
Dalam sambutannya, Rektor UIN Datokarama Palu Prof Dr H Sagaf S Pettalongi M Pd mengatakan bahwa Perayaan dies natalis pada prinsipnya bertujuan untuk membantu meningkatkan semangat dan kebanggaan civitas akademika yang diharapkan dapat memberi motivasi untuk terus bekerja keras dan memberikan kontribusi terbaik bagi lembaga.
“Secara historis, UIN Datokarama Palu lahir atas inisiatif beberapa tokoh intelektual muslim, baik dari kalangan akademisi, pemerintah, ulama maupun para pemimpin Islam di Kota Palu,” sebut Rektor Sagaf.
Kata Sagaf, dirinya diamanahkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Perguruan Tinggi ini sejak tahun 2017, kurang lebih empat tahun sejak peralihan status dari STAIN menjadi IAIN (2013). Salah satu komitmennya adalah bagaimana membuat lembaga ini dapat berdaya saing dan setara dengan PTKIN lain yang telah lebih dahulu berkembang. Langkah awal yang dicanangkan adalah penguatan kelembagaan melalui peningkatan status dari institut menjadi universitas. Hal ini adalah sebuah keniscayaan demi memenuhi tuntutan
perkembangan kebutuhan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Tantangan dan ujian pertama yang kami hadapi adalah, pada tahun pertama memimpin lembaga ini terjadi peristiwa gempa bumi dan tsunami (2018) yang mengakibatkan kurang lebih 90% fasilitas kampus mengalami kehancuran. Tentu saja ini merupakan pukulan berat bagi seluruh civitas akademika,” kenangnya.
Perguruan tinggi ini kata Sagaf, melewati masa kritisnya pasca diterjang gempa dan tsunami tahun 2018. Sehingga pada tahun
ini, tepatnya 20 Februari 2023 pekerjaan rekonstruksi kampus telah dilakukan serah terima sementara atas penggunaannya dari
pihak Kementerian PUPR ke Rektor UIN Datokarama Palu, dan selanjutnya akan dilakukan serah terima aset pada bulan Juli
tahun 2023.
Artinya kata dia, hanya dalam waktu kurang lebih lima tahun, infrastruktur kampus telah pulih kembali, bahkan melebihi dari kondisi sebelumnya. Baik di kampus 1 maupun di kampus 2.
“Serta pada saat yang sama kita juga telah meningkatkan status kelembagaan dari IAIN menjadi UIN. Dengan begitu kita semua berharap kontribusi UIN Datokarama Palu terhadap pembangunan peradaban di daerah Sulawesi tengah dan Indonesia serta dunia pada umumnya dapat lebih maksimal,” tegasnya.
Lanjut Sagaf, jika pada tahun 2019 terdapat 26 program studi, maka pada saat ini UIN Datokarama Palu telah memiliki 35 Program Studi. Untuk mengoptimalkan pengelolaan program studi yang kian bertambah tersebut, saat ini tengah diajukan pemekaran Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, menjadi dua
fakultas, yakni Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora serta Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
“Serta pendirian Fakultas Sains dan Teknologi yang juga telah diajukan, dan insya Allah pada tahun akademik 2023/2024 fakultas baru ini akan beroperasi,” terangnya.
UIN Datokarama Palu sendiri sebut Sagaf, memiliki visi yang menjadi acuan gerak langkah ke depan, yakni “mengembangkan kajian Islam yang moderat berbasis integrasi Ilmu, spritualitas dan kearifan lokal.” Dalam Rencana Induk Pengembangan (RIP) kampus, dicanangkan bahwa pada tahun 2039 UIN Datokarama Palu telah mendapat pengakuan secara global sebagai pusat pengembangan moderasi Islam yang berpijak pada integrasi ilmu, spiritualitas dan kearifan lokal.
Kajian Islam moderat menjadi distinksi utama yang diusung sebagai karakter khas dalam pengembangan iklim akademik dan budaya kampus. Hal ini dimaksudkan sebagai respon terhadap makin maraknya gerakan dan pemikiran Islam radikal yang berkembang dalam skala nasional maupun global, yang bukan hanya mencederai nilai-nilai kemanusiaan, tetapi juga nilai-nilai Islam itu sendiri yang sejatinya menjadi rahmatan lil alamin, pembawa rahmat bagi seluruh alam.
“Pada berbagai belahan dunia, Islam masih digambarkan sebagai agama yang anti kemanusiaan, anti toleransi, anti keragaman, agama yang egois dan mentolerir kekerasan atas nama jihad,” ujarnya.
Dia menambahkan, perguruan tinggi Islam
harus mampu menjadi “dapur” akademik yang mempertemukan beragam pemikiran dan mazhab keislaman sehingga melahirkan generasi muslim yang berwawasan keagamaan yang luas, tidak mudah terjebak dalam fanatisme mazhab dan pensakralan pemikiran. Peran inilah yang hendak dimainkan oleh UIN Datokarama Palu.
Untuk mewujudkan sebuah kampus “moderat” yang memiliki dampak signifikan secara global, tentu tidak bisa instan, tetapi membutuhkan tahapan-tahapan dan perencanaan yang matang.
“Jika kita mampu menjaga konsistensi pengembangan kampus sesuai dengan apa yang telah ditetap dalam RIP, maka di tahun 2039 UIN Datokarama Palu dapat menjadi pusat pengembangan kajian Islam moderat yang mendapat rekognisi secara global,” tambahnya.
Tentu saja menurut Sagaf, mimpi besar ini tidak mudah diraih, tetapi juga bukan hal yang mustahil untuk dicapai sepanjang mampu
menjaga semangat kerja, optimisme dan kebersamaan. Komitmen ini kata dia harus diwariskan kepada para generasi penerus, para dosen muda, tenaga kependidikan, dan segenap civitas akademika, proses kerja berkesinambungan menjadi syarat utama pencapai visi yang diharapkan.
“Semoga Allah SWT meridhoi segala ikhtiar yang telah dan akan kita lakukan bagi pengembangan lembaga ini, yang pada saatnya nanti kampus tercinta ini benar-benar menjadi “Menara Keilmuan‟, bagi masyarakat Sulteng, Indonesia, dan bagi masyarakat dunia pada umumnya. Kampus yang mampu melahirkan generasi muslim yang moderat dan berdaya saing, menghadirkan Islam yang sejuk
dan damai dalam membangun peradaban dunia yang harmonis,” tutupnya.(acm)