PALU – Sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan beragam suku dan agama menjadi kesatuan, keindahan dan keunikan yang dimiliki Indonesia. Merawat keberagaman adalah tugas bersama tanpa memandang perbedaan, namun perbedaan adalah bagian memperkokoh kebersamaan berbangsa dan bernegara.
Hal itu disampaikan Wasekjend Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Pusat, Wijaya Chandra saat memberikan sambutan mewakili umat Budha pada kegiatan Kampung Moderasi Beragama Kota Palu tahun 2023, di Aula Vihara Karunadipa Palu, Rabu (27/7/2023).
Wijaya Chandra yang akrab disapa Ko Awi berharap persatuan, kesatuan dan kebersamaan yang selama ini telah terjalin, khususnya di wilayah Kota Palu tetap dipertahankan. “Saya mengajak kita semua sebagai warga Kota Palu terus memperkuat toleransi antar umat beragama sebagai landasan yang kokoh,” katanya.
Ketua PD Maghabudhi Sulteng yang juga Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Kota Palu (FPK) mengapresiasi terlaksananya Launching Kampung Moderasi Beragama Kota Palu. Hal ini akan menjadi kebangaan bersama sebagai warga Kota Palu yang selalu menghargai perbedaan sesama antar umat beragama. “Merawat perbedaan dalam kebersamaan, menghargai sesama yang sudah terjalin sejak lama. Inilah yang membuat kita warga Kota Palu selalu damai dan saling menghargai tanpa mempermasalahkan perbedaan yang ada,” ujar Wijaya Chandra.
Sementara Wali Kota Palu diwakili Asisten Perekomomian dan Pembangunan Setda Kota Palu dr. H. Husaema mengapresiasi dan bangga, bersyukur melihat semangat kebersamaan dan toleransi yang telah tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat di Kota Palu.
Melalui program kampung moderasi beragama, kata Husaema seluruh pihak harus berkomitmen untuk memperkuat persaudaraan antar umat beragama, mempererat tali silaturahmi, serta mewujudkan harmoni dan kedamaian yang berlandaskan pada nilai-nilai kebhinnekaan.
“Kampung moderasi beragama merupakan inisiatif yang tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi juga melibatkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat,” ujarnya.
Husaema mengajak seluruh masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghargai perbedaan, di mana setiap individu merasa dihargai, dihormati, dan saling mendukung untuk memajukan kota yang tercinta ini.
“Mari kita jadikan Kota Palu sebagai contoh nyata bagi kota-kota lain, tentang betapa pentingnya menjaga keberagaman dan menghargai perbedaan untuk membangun masyarakat yang kuat dan sejahtera,” terangnya.
Senada dengan itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Palu, Nasrudin L. Midu menegaskan, program tersebut diinisiasi oleh Kementerian Agama Kota Palu dengan tujuan demi membangun umat yang moderat. Pemilihan dua kelurahan tersebut berdasarkan juknis dan juklak yang telah ditetapkan dari pusat. Melalui penyuluh agama setempat, Kementerian Agama Kota Palu melakukan survey lapangan dalam proses pencanangan kampung moderasi itu.
“Kampung ini kita akan jadikan pilot project untuk membangun umat yang moderat. Jadi penyuluh agama itu turun ke setiap kelurahan untuk meminta konfirmasi lewat juknis dan juklak yang dibuat oleh pusat,” jelasnya.
Nasrudin L. Midu menambahkan, indikator moderasi beragama sendiri dilihat dari adanya 4 (empat) pilar utama, diantaranya komitmen kebangsaan, menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, anti kekerasan, dan menghormati budaya-budaya setempat. “Insya Allah dua kelurahan ini akan kita jadikan contoh untuk membangun nilai-nilai moderasi beragama di Kota Palu,” pungkas Nasrudin. ***