PALU – Staf Khusus (Stafsus) Menteri Agama, Dr H Muhammad Nuruzzaman SAg MSi menegaskan Kementerian Agama mendorong bagi Universitas Islam Negeri (UIN) untuk membolehkan bagi siapa saja yang ingin belajar tentang Islam, termasuk dari kalangan non muslim.
Hal tersebut disampaikannya di sela-sela kunjungannya ke UIN Datokarama Palu saat memberi Kuliah Umum dihadapan mahasiswa baru (Maba) tahun akademik 2023-2024 di Auditorium UIN Datokarama Palu, Rabu (30/8).
UIN kata dia harus menjadi kampus terbuka bagi setiap anak bangsa yang ingin belajar. Keterbukaan tersebut mencirikan bahwa Islam sangat toleran dan menghargai perbedaan. Jadi, kata Muhammad Nuruzzaman, siapa pun boleh belajar di UIN.
“UIN itu sebenarnya untuk Fakultas umum maupun Fakultas keagamaan itu bisa menerima dari agama manapun, karena ini kan ilmu pengetahuan,” kata Muhammad Nuruzzaman.
Menurutnya, hal serupa sudah terjadi dibeberapa kampus UIN di Jakarta, karena faktanya banyak sekali dari kalangan pendeta-pendeta Katolik yang menempuh perkuliahan S2 dan S3 di kampus-kampus UIN.
“Jadi sebenarnya memang sangat terbuka, ini kampus bukan hanya untuk umat Islam, tetapi untuk semua orang beragama di Indonesia, Kementerian Agama akan terus mendorong dan menjadi salah satu konsen di Kementerian Agama terkait hal itu,” sebutnya.
Muhammad Nuruzzaman juga menambahkan terkait tahun 2023 yang dicanangkan oleh Kementerian Agama sebagai Tahun Kerukunan Umat Beragama, banyak hal yang sudah dilakukan oleh Kementerian Agama RI soal tahun toleransi ini. Misalnya salah satunya, Kementerian Agama itu tahu bahwa kondisi atau fakta saat ini masih banyak teman-teman yang belum bisa mendapatkan tempat ibadah yang layak bahkan ditolak oleh sebagian orang.
Maka kemudian Kementerian Agama memfasilitasi dengan menyiapkan Aula-aula di Kementerian Agama di seluruh tingkatan untuk dijadikan sebagai tempat ibadah sementara.
Kemudian Kementerian Agama juga mengajak ke publik agar melakukan penguatan moderasi beragama, sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat dan nilai-nilai dasar yang memang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yaitu penghargaan terhadap orang yang berbeda, baik itu secara agama, etnis, ras maupun warna kulit.
“Jadi banyak hal yang dilakukan termasuk di kampus ini. Misalnya kan ada Rumah Moderasi Beragama, nah rumah moderasi beragama ini sebagai upaya dari Kementerian Agama agar masyarakat kembali sadar bagaimana menciptakan toleransi dan kerukunan itu,” tutupnya. (acm)