29 September 2023
24.5 C
Palu

23 Desa di Poso dan 5 Desa di Sigi Terjangkit Demam Keong

Sulteng Terima Ribuan Obat Demam Keong dari WHO

Must read

- Advertisement -spot_img

PALU – World Health Organisation (WHO) menyuplai 4.000 butir obat penyakit demam keong atau schistosomiasis kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng. Obat bernama Praziquantel itu tiba pada tanggal 3 Februari 2023 pagi hari, dibawa langsung oleh Perwakilan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan di Kantor Dinas Kesehatan Sulteng, di Kota Palu.

“Walaupun jumlah ini masih terbilang terbatas, namun alhamdulillah kami sudah menerimanya. Kami baru terima 4.000 tablet, InsyaAllah di pertengahan tahun akan ada yang lebih banyak lagi,” kata Kepala Dinkes Sulteng dr I Komang Adi Sujendra kepada sejumlah wartawan di Ruangannya.

Perlu diketahui, bahwa obat penyakit keong sudah tak tersedia di tengah meningkatnya kasus penyakit di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Menurut I Komang Adi Sujendra, penyediaan obat memang rumit karena tidak diproduksi di Indonesia. Obat itu harus didatangkan langsung oleh WHO yang difasilitasi oleh Kemenkes.

Untuk obat yang diterima akan disebar kepada masyarakat mulai tanggal 5 Februari 2023, baik di wilayah Kabupaten Poso maupun Kabupaten Sigi. Kesediaan obat akan ditambah lagi memasuki pertengahan tahun 2023.

Hal ini bertujuan agar segera bisa melakukan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) kepada masyarakat yang terjangkit.

“Obat diberikan kepada masyarakat berumur 5 tahun ke atas sebagai upaya memutus mata rantai penularan demam keong,” ujar I Komang Adi Sujendra.

Keberadaan penyakit schistosomiasis di Indonesia diketahui tidak terdapat di daerah lain selain Poso dan Sigi. Sejak 2008, peneliti bahkan tak memiliki obat pasti untuk memberantas penyakit endemik tersebut.

Penyakit ini meningkat lagi semenjak pandemi Covid 19. Dulu yang angka prevalensi yang harusnya kurang dari 1 persen, meningkat lagi menjadi 1,57 persen.

Penyakit ini dilaporkan menjangkit warga di 28 desa di Sulteng, yakni 23 desa di Kabupaten Poso dan lima desa di Kabupaten Sigi.

Kemudian Staf Dirjen P2PM Kementerian Kesehatan Lusi Levina, yang mengantarkan obat ke Sulteng mengatakan, penyediaan obat penyakit keong memang rumit karena tidak memiliki izin edar di Indonesia.

Pengadaan obat ini diusulkan sejak akhir Desember lalu ke WHO, dan diproyeksi bisa mencukupi kebutunan penderita penyakit keong di wilayah Poso dan Sigi.

“Sebenarnya dengan 1000-an tablet sebenarnya sudah cukup. Tapi kita lebihkan untuk berjaga-jaga, siapa tahu ada yang membutuhkan lagi,” katanya.

Kemenkes kata Lusi, berencana melakukan POPM tepat di akhir tahun 2023. Selain itu juga akan dilakukan pembersihan di sejumlah daerah di Kabupaten Poso dan Sigi yang jadi lokasi fokus keong.

“Rencananya akhir tahun kita akan adakan POPM ini. Selain itu kita juga mengintervensi lainnya seperti pembersihan di fokus keong atau habitat keong, penyemprotan, supaya bisa membunuh keong-keong yang mengandung schistosomiasis,” tutupnya.(who)

 

- Advertisement -spot_img

Latest article

More articles

WeCreativez WhatsApp Support
Silahkan hubungi kami disini kami akan melayani anda 24 Jam!!