Sempat Dua Kali Ban Mobil Meletus Menuju Aceh
PALU-Luar biasa cabang olahraga (Cabor) petanque Sulawesi Tengah (Sulteng). Mampu mengukir emas. Tidak tanggung-tanggung. Media ini mengonfirmasi perolehan prestasi membanggakan ini kepada sang pelatih cabor Petanque, Andi Brilin, yang berada di Aceh saat ini.
Dijelaskan Andi Brilin, cabor petanque Provinsi Sulteng memloloskan 3 nomor pada saat BK PON di Bali. Nomor yang ikut PON yaitu single women, double man dan triple mix. Dua nomor yaitu single women dan double man harus mengakui kehebatan provinsi lain dan gugur di penyisihan PON.
Sedangkan untuk triple mix memperoleh medali emas di hari terakhir pertandingan cabor petanque. Atlet yang meraih medali emas yaitu Heriyanto (Kabupaten Tolitoli), Firmansyah (Kota Palu), Frischa P. Mongguwi (Banggai), dan Ichlasul Amal (Donggala).
Dikatan Andi Brilin, yang juga dosen di Program Study (Prodi) PJKR Universitas Tadulako (Untad) ini, persiapan tim PON cabor petanque cukup panjang.
“Atlet kami dibina dari nol dengan kurun waktu 3-4 tahun. Selama kurun waktu tersebut kami mengikuti kejuaraan aasional (Kejurnas) dan open tournamen untuk mengasah perkembangan kemampuan teknik bermain, dan alhamdulillah setiap Kejurnas kami selalu mendapatkan medali perunggu meskipun hanya 1 (satu) medali, “ beber Andi Arli.
Berkat bantuan dari KONI Provinsi Sulawesi Tengah, kami bisa mengikuti ajang-ajang Kejurnas. Persiapan menuju BK PON Bali cukup melelahkan menguras waktu, energi dan air mata.
“Kami menyiapkan 6 bulan atlet Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) mandiri latihan 4-5 jam sehari serta mengikuti try out dua kali, yaitu di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kebumen Jawa Tengah (Jateng). Selama 6 bulan itu Pengprov FOPI mengontrak 6 bulan rumah, agar atlet bisa fokus berlatih meskipun di antra atlet sudah ada yang bekerja sebagai guru dan anggota TNI. Setelah pulang dari BK PON kami masih berjuang sendiri dengan melaksankan Puslatda mandiri kembali, agar menjaga performa atlet meskipun latihan yang saya berikan hanya 2-3 jam perhari, “ ungkapnya.
Namun setelah masuk Puslatda di Asrama Batalyon 711 Raksatama, yang dipimpin langsung oleh Brigjen Dody Triwinarto (Danrem Saat itu), atlet pentaque yang dibesut Andi Brilin ini terus meningkatkan intensitas program latihannya hingga 4-6 jam perhari. Pelaksanaan Puslatda dilakukan selama dua bulan.
“Perjuangan kami pun menuju Aceh belum selesai. Pada saat perjalanan menuju Aceh kami tertinggal pesawat di Kualanamu Medan, hingga akhirnya memutuskan perjalanan ke Aceh melalui darat selama 20 jam perjalanan. Di tengah jalan, kami sempat dua kali pecah ban. Hingga akhirnya tiba di Aceh dengan selamat, meskipun harus berganti kendaraan dikarenakan bus yang kami kendarai tidak bisa melanjutkan perjalanan, untungnya kami masih lama bertanding karena kami diberangkatkan lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan. Mungkin semua ini sudah di setting sama Yang Maha Kuasa, ” ucapnya.
“Saya sangat bangga, senang dan terharu. Semua bercampur aduk atas capaian prestasi ini. Ini adalah prestasi yang tertinggi bagi cabor kami. Lebih bangga lagi mereka adalah putra putri terbaik Sulawesi Tengah yang kami bina dari 0 (nol), yang dari tidak tau menjadi tau. Dari orang biasa menjadi orang yang luar biasa kini, ” kata Andi Brilin lagi.
“Harapan kami tolong pemerintah selalu memperhatikan cabor-cabor yang baru. Karena cabor baru inilah yang biasanya membuat kejutan. Prestasi ini mudah-mudahan bisa kami pertahankan. Hanya kami perlu dukungan dari pemerintah, “ tuturnya.
“Satu lagi sarana fasilitas latihan kami tolong diperbaiki. Karena di PON kami kesulitan mnyesuaikan medan. Sebab, pada saat latihan dengan venue pertandingan berbeda. Berharap pemerintah memberikan banyak try out kepada kami. Kemarin, setelah BK PON hingga PON kami tidak pernah try out dengan alasan tidak ada dana. Tapi kami tidak patah semangat, tetap berlatih hingga dapat membuktikan kami telah memberikan emas untuk Sulteng, “ cetus Brilin.
“Ucapan terima kasih kepada Allah SWT, yang telah memberikan rezeki yang luar biasa, dan kepada isteri tercinta yang selalu memberikan suportnya kepada saya, dan mengizinkan saya menjadi pelatih. Meninggalkan rumah dan keluarga begitu lama. Terima kasih juga kepada Bapak Gubernur Sulteng, Dansatgas PON Aceh-Sumut, dan Ketum KONI Sulteng, “ pungkasnya.(mch)