19 April 2025
23.2 C
Palu

Risiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 dan Salmonella sp. dari Makanan Kurang Matang: Tantangan Keamanan Pangan di Program Makan Siang Gratis

Must read

Oleh : Faiqah Suci Vaneria

Program makan siang gratis menjadi salah satu program unggulan yang diusung pasangan presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada saat kampanye Pilpres 2024.

Selain sebagai pemenuhan  dari janji politik program ini juga bertujuan mengatasi masalah stunting yang masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Selain itu, penyediaan makan siang dan susu gratis diharapkan dapat memperbaiki asupan gizi anak-anak, meningkatkan kesehatan, serta mendukung perkembangan fisik dan kognitif mereka.

Program ini juga berpotensi meningkatkan prestasi akademis dengan menekan angka absensi dan perilaku bolos sekolah akibat kelaparan atau kekurangan energi. Dari segi sosial ekonomi, program ini dapat meringankan beban pengeluaran keluarga dan membuka peluang bagi sektor pertanian, peternakan, serta UMKM lokal sebagai penyedia bahan pangan, sehingga turut mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.

Namun, keberhasilan program makan siang gratis tidak hanya bergantung pada ketersediaan makanan dan dukungan dana, tetapi juga pada kualitas dan keamanannya. Beberapa sekolah melaporkan insiden kesehatan pada siswa setelah mengonsumsi makanan dari program ini.

Salah satu contohnya adalah kasus di SDN Dukuh 03 Sukoharjo pada 16 Januari 2025, di mana sekitar 50 siswa mengalami mual dan pusing setelah memakan ayam goreng tepung yang diduga kurang matang. Para siswa segera mendapat penanganan dari puskesmas setempat, sementara sisa makanan ditarik untuk mencegah kejadian serupa.

Anak-anak sekolah termasuk kelompok usia yang rentan terhadap infeksi bakteri karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Konsumsi makanan yang tidak memenuhi standar mutu dan keamanan berisiko menyebabkan infeksi bakteri patogen seperti Salmonella dan Escherichia coli (E. coli), yang dapat memicu gangguan pencernaan, termasuk diare. Escherichia coli (E. coli) O157:H7 dan Salmonella sp. adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan pada manusia melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.

E. coli O157:H7 merupakan salah satu serotipe E. coli yang menghasilkan toksin Shiga dan sering dikaitkan dengan diare berdarah, terutama akibat konsumsi daging sapi yang kurang matang, susu mentah, atau sayuran yang terkontaminasi. Sementara itu, Salmonella sp. adalah genus bakteri yang menyebabkan salmonellosis dengan gejala seperti diare, demam, dan kram perut. Bakteri ini sering ditemukan pada makanan seperti daging unggas, telur mentah, makanan laut, dan produk susu yang tidak dipasteurisasi, serta buah dan sayur yang tidak dicuci dengan bersih.

Infeksi yang disebabkan oleh E. coli O157:H7 dan Salmonella sp. dapat berdampak lebih serius pada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Pada infeksi E. coli O157:H7, gejala umum meliputi diare berdarah, kram perut, mual, muntah, dan demam ringan. Anak-anak lebih rentan mengalami komplikasi serius seperti Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut dan berpotensi fatal.

Sementara itu, infeksi Salmonella biasanya menyebabkan diare, demam, dan kram perut. Pada anak-anak di bawah usia lima tahun, risiko dehidrasi akibat diare lebih tinggi dan dapat memerlukan perawatan medis intensif.

Daging yang kurang matang dapat menjadi sumber kontaminasi utama dari kedua bakteri tersebut. Sehingga disarankan untuk mengikuti teknik memasak yang tepat. Berikut langkah – langkah yang dapat diambil untuk menghindari kontaminasi,

  1. Memasak pada suhu yang tepat

Suhu internal minimal mencapai 75oC (166 F) untuk membunuh bakteri patogen. Disarankan menggunakan termometer makanan untuk memastikan daging matang merata

  1. Menghindari kontaminasi silang

Pastikan peralatan dapur yang digunakan untuk daging mentah dipisahkan dari peralatan untuk bahan makanan lain guna mencegah kontaminasi silang antara daging mentah dan makanan matang. Jika peralatan dapur terbatas, pastikan peralatan yang telah digunakan untuk daging mentah dicuci bersih terlebih dahulu sebelum digunakan kembali untuk bahan makanan lainnya.

  1. Penyimpanan yang aman

Daging mentah harus disimpan pada lemari pendingin dengan suhu di bawah 4oC (39 F) dan pastikan tidak bersentuhan dengan makanan lain untuk menghindari kontaminasi.

  1. Defrosting yang benar

Hindari mencairkan daging dengan suhu ruang agar bakteri tidak berkembang biak. Suhu pertumbuhan optimal E. coli adalah sekitar 37oC (range 7-44oC) sedangkan Salmonella sp. Tumbuh optimal pada range 35 – 37oC. Kedua bakteri tersebut tergolong sebagai bakteri mesofil (tumbuh optimal pada suhu sedang/suhu ruang).

  1. Cuci tangan dan peralatan

Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik sebelum dan setelah menangani daging mentah. Bersihkan semua peralatan dan permukaan yang bersentuhan dengan daging mentah dengan sabun dan air panas

  1. Memasak dengan metode sehat

Pilih metode memasak yang sehat seperti memanggang, merebus, atau menumis. Hindari menggoreng dalam minyak berlebihan, karena dapat menambah kalori dan lemak jenuh.

Langkah – langkah tersebut wajib diimplementasikan pada standar sanitasi program kerja pemerintah ini, guna tercapainya sasaran perbaikin gizi anak sekolah, sebagai generasi emas Indonesia

*) Penulis adalah Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) – Jurusan Mikrobiologi (SITH).

-IKLAN-spot_img

Latest article

More articles

WeCreativez WhatsApp Support
Silahkan hubungi kami disini kami akan melayani anda 24 Jam!!