PALU – Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu yang diproses pada lembaga tersebut dalam bentuk pembelajaran dengan berbagai macam konsep dan penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi nanti akan menjadi luaran, harus berdasarkan ciri-ciri atau indikator yang ada di dalam visi misi UIN Datokarama Palu.
Hal tersebut jadi salah satu penekanan oleh Rektor UIN Datokarama Palu Prof. Dr. H. Sagaf S. Pettalongi, M.Pd. saat membuka kegiatan Kuliah Umum Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023 dengan tema “Penguatan Moderasi Beragama dan Tahun Kerukunan 2023”, di Auditorium Kampus 1 UIN Datokarama Palu, Kamis (⅔). Materi kuliah umum sendiri dibawakan oleh Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Abidin, M.Ag. dengan tema “Penguatan Moderasi Beragama dan Tahun Kerukunan 2023”.
“Kalau saya bisa simpulkan bahwa semua luaran UIN Datokarama Palu baik itu S1, S2 maupun S3 harus mampu memahami dan mengaplikasikan konsep dan nilai-nilai Islam yang moderat di tengah masyarakat, artinya tidak ada alumni UIN yang ekstrem, yang tidak moderat dalam melaksanakan nilai-nilai ajaran agama,” tegasnya di hadapan para civitas akademika UIN Datokarama Palu.
Lanjut Rektor UIN Datokarama Palu, moderasi beragama ini salah satu program prioritas nasional masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menangah Nasional (RPJMN). Itu artinya bahwa penguatan moderasi beragama bukan hanya tugas Kementerian Agama, berikut Satker-satker di bawahnya dan semua Kementerian karena terdapat anggaran pada program tersebut.
“Cuman memang Kemenag jadi lokomotif dalam program penguatan dan sosialisasi moderasi beragama di Indonesia ini, wabil khusus UIN Datokarama Palu yang memang memiliki visi mengembangkan kajian Islam moderat berbasis pada integrasi ilmu, spritualitas dan kearifan local. Mahasiswa harus hafal visi ini,” sebut Prof Sagaf.
Menurut Rektor, semua agama itu sesungguhnya memiliki nilai-nilai ajaran yang moderat, apalagi agama Islam. Seperti halnya nabi Muhammad SAW ketika menjadi pemimpin di Madinah itu mengayomi semua kelompok, suku dan termasuk agama-agama yang berbeda itu. Sehingga orang menyebut itulah profil negara, pemerintahan civil society, berjalan sesuai dengan sikap-sikap serta prinsip-prinsip keadilan dan egaliter masyarakat. “Dan itu diantaranya nilai-nilai Islam moderat,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam penyampain Kuliah Umumnya terkait “Penguatan Moderasi Beragama dan Tahun Kerukunan 2023”, Prof Abidin Djafar mengatakan jika tidak dilakukan moderasi beragama di Indonesia secara massif, maka agama akan lemah, dikucilkan agama dan ditinggalkan Islam. “Karena kita akan zolim dimana-mana kalau moderasi beragama tidak dilaksanakan, makanya penting sekali. Urgensi moderasi beragama ini adalah memperkuat esensi ajaran agama dalam kehidupan masyarakat,” tutupnya.(acm)